Bisnis

[adat][bleft]

Wisata

[budaya][twocolumns]

hukum

[hukum][bsummary]

Bandara Silangit.

MIMPI masyarakat Tapanuli Utara untuk memiliki bandar udara akan benar-benar terwujud. Menurut rencana, Bandara Silangit, yang sudah dibangun sejak awal tahun 2003 dengan dana investasi sebesar Rp 32 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Utara, akan diresmikan pengoperasiannya pada bulan April 2005.
Bandar Udara (Bandara) Silangit yang berlokasi di dataran tinggi di sebelah selatan Danau Toba ini hampir rampung pembangunannya. Landasan pacu sepanjang 1.850 meter dengan lebar 30 meter sudah sampai tahap penyelesaian akhir. Tempat parkir pesawat pun selesai dikerjakan.

Demikian pula akses jalan menuju bandara sudah selesai dibangun. Tempat parkir kendaraan pun tersedia. "Dalam dua bulan ke depan sebelum diresmikan, fokus kami adalah penyelesaian terminal penumpang," kata Bupati Tapanuli Utara (Taput) Torang Lumban Tobing.

Meski setelah diresmikan nanti status Bandara Silangit hanya sebagai bandara satuan kerja atau setingkat di bawah bandara unit pelayanan teknis (UPT), itu pun merupakan terobosan berarti bagi masyarakat Taput. Menurut Torang, pihaknya akan terus melanjutkan pengembangan Bandara Silangit dengan memperpanjang landasan pacu menjadi 2.350 meter sehingga dapat didarati pesawat berbadan lebar, seperti jenis Boeing 737-300.

Bandara ini kelak diharapkan juga dapat melayani penerbangan langsung, selain dari dan ke Polonia, Medan, juga ke bandara lain, seperti Padang, Pekanbaru, Batam, Jakarta, bahkan Singapura dan Malaysia. Untuk pengelolaan bandara tersebut akan dibentuk badan usaha milik daerah (BUMD). BUMD ini akan bekerja sama dengan investor lokal. Subsidi untuk pengelolaan bandara dan penerbangan pesawat Sutra Line dengan rute Polonia-Silangit-Sibolga sebesar Rp 350 juta diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

OLEH sebab itu, bukan tanpa alasan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Taput ngotot membangun bandara di wilayahnya. Jumlah penduduk yang hampir setengah juta jiwa itu tersebar di 15 kecamatan. Daerah ini memiliki potensi ekonomi yang besar, seperti kopi dan nanas. Sementara komoditas tambang berupa batu gamping, belerang, granit, mika, dan lainnya.

Selain itu, potensi pariwisata juga besar, seperti obyek wisata rohani Salib Kasih Tarutung, wisata air soda Parbubu, Bukit Bakkara Danau Toba, Pulau Sibandang, dan Hutaginjang (kampung di atas bukit). Pemandangan yang segar, hamparan bukit dan lembah yang menyatu dengan Danau Toba.

Struktur perekonomian daerah ini menunjukkan pertanian menjadi kontributor utama. Kontribusi sektor pertanian rata-rata 61,21 persen terhadap total produk domestik regional bruto. Disusul sektor jasa 14,65 persen. Sementara sektor pariwisata, perdagangan, hotel, dan restoran hanya 13,65 persen.

Salah satu masalah yang dihadapi Pemkab Taput adalah letaknya yang relatif jauh dari kota Medan atau Belawan, yang selama ini merupakan gerbang utama pengiriman hasil produknya ke pasar regional, seperti Pekanbaru, dan beberapa daerah di Pulau Jawa atau pasar internasional. Akibatnya, kualitas produk pertanian rendah dan tidak kompetitif dibandingkan dengan daerah lain.

Demikian halnya pariwisata. Meskipun banyak obyek wisata yang cukup menarik, wisatawan tampaknya masih enggan melirik Taput. Bisa jadi karena perjalanan menuju Taput yang sangat melelahkan. Kondisi jalan yang berbelok butuh waktu tempuh enam sampai delapan jam dari kota Medan. Apalagi kondisi jalan dari Medan menuju Prapat tidak semuanya mulus beraspal. Tak heran kalau obyek wisata di daerah Taput dan sekitar wilayah Danau Toba sepi pengunjung.

Begitu pula sebaliknya, bagi masyarakat Sumatera Utara yang berada di kawasan pantai barat, perjalanan ke luar Sumatera melalui Bandara Polonia merupakan perjalanan biaya tinggi. Sebab, sebelum berangkat naik pesawat, mereka harus menginap di hotel terlebih dahulu karena baru menempuh perjalanan darat selama enam jam.

Jadilah Danau Toba sekadar sebagai tempat peristirahatan. "Wisatawan tak sempat lagi berbelanja atau mengunjungi tempat wisata lain yang kami tawarkan. Karena itu pula kami ngotot membangun bandara. Jadi, bukan sekadar latah dengan daerah lain yang membangun bandara," ujar Torang.

Keberadaan Bandara Silangit sangat strategis. Posisi bandara ini mempunyai aksesibilitas yang mudah dengan kabupaten lain. Boleh dibilang, Bandara Silangit terletak tepat di jantung Provinsi Sumatera Utara.

Dari Silangit, seluruh Tano Batak dapat dicapai dalam waktu singkat. Dengan demikian, Silangit akan menjadi pintu gerbang kawasan pantai barat yang diapit Kabupaten Toba Samosir, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Tengah.
Dengan posisi yang sangat strategis itu, Bandara Silangit nantinya tak hanya menampung penumpang dari Taput, tetapi juga dari kabupaten lain yang berada di sekitar wilayah Tapanuli Utara.

Tokoh masyarakat Sumatera Utara dan mantan anggota Komisi IV DPR, Potsdam Hutasoit, mengatakan, kehadiran Bandara Silangit akan membuka isolasi daerah Tapanuli, khususnya sekitar wilayah Danau Toba.

"Dengan keindahan panorama alam, maka wisata di wilayah Taput menjadi sangat layak dijual. Adanya Bandara Silangit semakin mempermudah orang datang ke Danau Toba. Mereka tak perlu capek-capek lagi naik kendaraan dari Medan ke Prapat selama enam jam," kata Hutasoit.
Terkait upaya meningkatkan sektor pariwisata, Pemkab Taput dalam waktu dekat akan membentuk Badan Pengembangan Pariwisata. Tujuannya, selain untuk menata potensi pariwisata yang dimiliki Taput, juga untuk peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata. Pada tahun 2004, pendapatan asli daerah (PAD) Taput sebesar Rp 21 miliar. Dari jumlah PAD itu, 85 persen disumbangkan dari sektor pertanian, sedangkan sektor pariwisata masih di bawah 10 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Taput dari periode 1993-1996 rata-rata mencapai 7,69 persen. Namun, sejak pertengahan tahun 1997, pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 5,80 persen pada tahun 1997 dan minus 7,15 persen pada tahun 1998. Pada tahun 1999, pertumbuhan ekonomi Taput meningkat lagi menjadi 2,43 persen dan pada tahun 2001 mencapai 4,33 persen.

"Memang cukup banyak harapan yang ingin kami wujudkan dengan keberadaan Bandara Silangit. Fokus utama kami ke depan tidak hanya peningkatan sektor pariwisata, tetapi juga beberapa sektor penting lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di Taput akan semakin terdongkrak untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain," tutur Torang. (Gatot Widakdo)

Selanjutnya

Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini