Bisnis

[adat][bleft]

Wisata

[budaya][twocolumns]

hukum

[hukum][bsummary]

Saudi dan Qatar Dorong Pemulihan Ekonomi Suriah

Langkah bersejarah kembali diambil Arab Saudi dan Qatar untuk memulihkan ekonomi Suriah yang luluh lantak akibat perang panjang. Kedua negara Teluk itu resmi mengumumkan paket bantuan finansial bersama untuk membayar gaji pegawai negeri sipil Suriah dan mempercepat kebangkitan perekonomian negara tersebut.

Pernyataan ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud, saat konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shibani di Damaskus. Meski tidak merinci jumlahnya, Faisal menyebut bantuan itu akan langsung dialokasikan untuk membiayai sektor pelayanan publik dan administrasi negara.

Tak hanya untuk pegawai negeri, Riyadh dan Doha juga menyatakan komitmen untuk mendukung stabilisasi ekonomi Suriah melalui berbagai skema investasi, termasuk di sektor keuangan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah revitalisasi Bursa Saham Suriah yang selama ini nyaris mati suri akibat konflik dan sanksi ekonomi.

Bersamaan dengan itu, Arab Saudi dan Qatar secara resmi juga melunasi tunggakan utang Suriah kepada Bank Dunia sebesar 15 juta dolar AS. Pembayaran ini diumumkan dalam pertemuan Syria Roundtable di sela-sela Spring Meetings 2025 yang digelar Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Pelunasan tunggakan tersebut membuka jalan bagi Bank Dunia untuk kembali mengaktifkan program bantuan keuangan dan teknis ke Suriah setelah 14 tahun vakum. Suriah kini bisa menerima alokasi dana baru untuk sektor-sektor krusial, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar.

Dukungan Arab Saudi dan Qatar juga akan mempercepat pemulihan institusi negara yang selama ini lumpuh akibat sanksi dan perang. Bantuan teknis dan kebijakan akan diberikan untuk memperkuat kapasitas pemerintahan Suriah dalam mengelola anggaran negara dan membangun kembali ekonomi nasional.

Selain bantuan dari negara Teluk, Suriah saat ini mengalami tren positif dengan kembalinya pengungsi yang selama ini tinggal di Lebanon, Yordania, dan Irak. Pemerintah Suriah mencatat bahwa lebih dari 400 ribu warganya telah kembali dalam enam bulan terakhir dan jumlahnya diprediksi terus bertambah.

Lonjakan jumlah warga yang kembali ini diperkirakan akan memacu konsumsi domestik di Suriah. Kebutuhan perumahan, pasar tradisional, layanan pendidikan, dan fasilitas kesehatan dipastikan meningkat tajam, yang otomatis mendorong geliat ekonomi lokal di berbagai wilayah.

Tak hanya itu, sektor tenaga kerja asing dari Asia Tenggara diprediksi kembali masuk ke pasar Suriah. Pekerja migran dari Filipina, Bangladesh, dan Indonesia sebelumnya banyak bekerja di sektor domestik, konstruksi, dan layanan medis sebelum perang berkecamuk.

Kembalinya tenaga kerja migran ini menjadi penting untuk mendukung perbaikan layanan masyarakat dan proyek-proyek pembangunan kembali kota-kota yang hancur akibat konflik. Sektor pariwisata religi juga mulai menggeliat, memerlukan tenaga tambahan di bidang perhotelan dan layanan wisata.

Sementara itu, pasar modal Suriah yang selama bertahun-tahun stagnan akibat embargo kini tengah dipersiapkan untuk kembali aktif. Arab Saudi dan Qatar menyatakan kesiapan menanamkan dana segar dan mendorong investor kawasan agar kembali bertransaksi di Bursa Saham Suriah.

Otoritas keuangan Suriah telah menyiapkan kebijakan insentif untuk menarik kembali perusahaan lokal dan asing masuk ke pasar modal. Bursa Saham Damaskus ditargetkan bisa menjadi salah satu mesin penggerak perekonomian pascaperang lewat pembiayaan proyek nasional dan sektor swasta.

Langkah Qatar dan Saudi ini sekaligus menjadi sinyal normalisasi hubungan politik dan ekonomi antara negara-negara Teluk dengan Damaskus. Sebelumnya, kedua negara menjadi pihak yang paling vokal menolak pemerintahan Suriah selama perang saudara berlangsung.

Selain itu, langkah-langkah ini juga dinilai strategis untuk menjaga stabilitas kawasan. Dengan ekonomi Suriah yang kembali pulih, potensi eksodus pengungsi, gelombang migrasi ilegal, dan konflik bersenjata lintas batas bisa diminimalisir di masa mendatang.

Para analis ekonomi Timur Tengah memprediksi pertumbuhan ekonomi Suriah akan melonjak dalam dua hingga tiga tahun ke depan jika dukungan finansial, investasi, dan kembalinya warga yang mengungsi terus berlanjut. Bank Dunia bahkan menyebut potensi pertumbuhan 6-8 persen per tahun.

Saudi dan Qatar juga menegaskan rencana menanamkan investasi di sektor energi, transportasi, dan pembangunan kawasan industri di sekitar Aleppo, Homs, dan Latakia. Langkah ini diharapkan mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Dukungan keuangan yang diberikan kedua negara ini sekaligus menunjukkan perubahan geopolitik di kawasan, di mana negara-negara Arab kini cenderung memilih jalur rekonsiliasi dan stabilisasi regional ketimbang konfrontasi terbuka. Suriah pun kembali masuk peta ekonomi Arab setelah bertahun-tahun terisolasi.

Meski jalan pemulihan masih panjang, bantuan Saudi dan Qatar, pelunasan utang Bank Dunia, normalisasi pasar saham, serta kembalinya pengungsi memberi harapan baru bagi Suriah. Negara yang dulunya hancur lebur itu perlahan kembali menata ekonomi dan masa depannya.